![]() |
Foto : penulis |
Sekulum senyum yang terpendam
Seribu harap tak sampai
Sekian duri tertanam
Serangkai bait tersirat
Semua kamu ku rangkai
Seraut wajah bertabir
Kepalsuan datang menimpali
Merasuk bak kesurupan di dalam surau
Terpental terdengar suara adzan
Jiwa pitam naik murka
Di rukiah oleh ayat suci
Menerima balasan setimpal kesakitan
Ia terbuai dalam alunan magadhir
Cinta sempoyongan pada insan
Berlaku jua tawaran si dukun tua
Jampe-jampe dari sari manusia mati
Meramu ghoib dalam darah yang mengalir
Menjumpai suara hikayat alam
Bahwa langkah kaki adalah tumpuan pijakan
Hilir berganti papas memapas
Lari meninggi di tangga tanpa anak
Entah napas kemana jua ku tak tau
Nadi berdenyut selaksa sonar terpancar
Dalam konduktor ada muatan positif
Hilang negatif aliran listrik mengalir di keduanya
Lalu hadir api dalam gesekan kedua
Ia menjadi sesuatu yang ganas
Terenggut pula sampah terbakar
Lalu tumbuh kembang bunga trotoar
Hadir di tangan seorang gadis belia
Bahwa mimpi akan terbeli jika kehormatan di jual
Ia bermimpi di sudut sepertiga
Datang perjaka ulung melantunkan syair merdu
Dalam dunia tak perlu merasa besar
Sebab hikayat tanah tetap tempat tertumpu semua
Adab alam akan mengikuti tafsiran ayat
Taubat nasuha adalah ujung tombak dari kehitaman
Maka lantanglah seru perlawanan
Menuju mimbar keEsaan sang ilahi
Kita mencuci suci yang ternodai
Hingga lebur hitam hilang tanpa tumbuh
Suci itu ialah bayi yang baru terbuang
Dari rahim jadah yang tak dapat pengakuan
Kemudian tercermin dunia telah tua
Hingga bencana datang tanpa syarat
Aku harus pulang kepangkuan
Menuju kebenaran hakiki
Menuju kepada sang pencipta
Di dunia dan di akhirat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih telah mengunjungi dan mensuport halaman kami kk