KU PINJAM KATA-KATAMU UNTUK PUISIKU

Foto : penulis puisi
Gienan
Berapa kadar heroin yang kau jejal di Hatiku malam ini.?
Rasanya aku ingin mati
Mati karena sakau dalam merindu

Gienan
Aku harap polisi segera menangkapmu!
Lalu memberimu pelajaran atas kejahatanmu yg telah melibatkan rinduku
Rindu yang selalu kau pupuk dengan heroin aksaramu
Dan aku akan membesukmu dalam penjara atas nama rindu
Ucapmu kala itu
Aku masih mengingatnya dengan sangat pasti

Kata-kata terakhirmu
Akan selalu ku kenang
Dan ku pinjam kata-katamu
Sebagai pelengkap puisiku
Sebagai kenangan dan penyejuk luka
Yang terbakar saat rindu melanda

Puisi malam itu kini hanya menjadi kenangan
Akan ku simpan dalam peti hati
Bahwa kau pernah menjadi yang terindah
Dalam hidupku dan juga cintaku
Aku masih selalu mengharapkan mu
Wahai mantan terindahku

PALU BERDUKA

Foto : korban bencana Tsunami donggala dan palu
Di tengah meriahnya isu politik yang marak di perbincangkan di setiap media
Di timur indonesia ratapan duka melanda
Membubuhi mata dengan genangan air mata pun air laut yang ganas0

Tsunami melanda negeriku

Air bah limpah ruah
Menyapu sampah seluruh lautan
Membersihkan puing-puing bangunan
Meninggal mayat-mayat berserakan
Lukaaaaaaa

Semua luka adalah kita
Lombokku terendam dalam reruntuhan bangunan
Paluku terendam oleh air limpah ruah
Menghadirkan bahasa kasih di seluruh ujung negeri

Air mata
Air laut
Air dan tanah melebur dalam pemberian duka
Duka untuk kita
Kita indonesia
Indonesia timurku

Menangisku pun tak akan menghapus air matamu
Air mata duka Paluku

WANITA AKSIONERKU LEMAH DALAM ASMARA

Foto : Wanita aksioner yang lemah dalam asmara

Dalam urain dan guratan di wajahmu terlihat begitu tangguh semua mu
Semua terpapar kau begitu ganas dalam ucapmu
Kua wanita tanpa taring yang ku kagumi
Kau wanita pergerakan yang ku geluti semua aksimu

Namun di balik semua jiwa aksionermu
Terselip sebutir embun di sudut pipimu
Yang tertuang ketika luka lama asmaramu
Datang membabibu mengorek kembali bekas luka sayatan yang tengah kau sembuhkan dalam pengobatan kesendirianmu

Terselip dalam sunggikanmu
Sebuah kebencian yang amat dalam yang tengah kau tawarkan
Bukan untukku
Bukan untukmu
Tapi untuknya yang sedang membubuhi lukamu dengan racun kegilaan

Kau lemah sayang
Kau wanita asmaraku yang lemah pada asmara
Kata yang paling ku benci dalam hidupku
Ternyata pernah jua mendapatimu di masa yang telah silam

Wanita aksionerku yang tengah lunglai
Bangkitlah dalam keterpurukan
Kau harus kuat dalam segala menghadapi segala persoalan
Sebab kau harus tetap hidup
Untuk membela hak-hak mereka yang tengah di marginalkan oleh penguasa
Kau harus bangkit sayang
Percayalah dunia asmara yang tengah melandamu adalah racun yang tengah ingin membunuh semangatmu

Bangkitlah
Aku mengagumimu
Aku mengagumi semua pergerakanmu
Bangkitlah sayang
Jangan kau menjadi pecundang lantaran asmaramu pernah merasuki relung jiwamu

Bangkitt
Bangkit
Bangkit
Jangan biarkan dia mengungkit
Sebab hidup bukan tentang soal sakit
Tapi bagaimana kita menghadapi saat tersulit
Dengan cara menghasut jiwa agar tak lagi sulit
Memahami hidup untuk tetap bangkit

JALANG KU

Foto : ilustrasi puisi

Jalangku
Apa kabar hari ini
Masihkah kau dalam diammu dalam minyakapi rasaku?
Aku harap kau bersuara

Lonteku
Harus kau tau
Aku tengah berandai disini
Bersama mimpi semu yang kau toreh di sudut malam
Yang bergema ingin menjadi
Namun semuanya telah menjadi asa yang kau jual sebagai penghibur sepi
Di kala rindu meniduri pikiran picikmu

jalangku
kau baik-baikkah hari ini?
Apakah masih ada secercah luka yang masih kau rawat?
Ataukah bekas sayatan yang membuatmu membalaskan kepada semua pemilik cinta lawan jenismu?

Jalangku
Kau begitu naif sayang
Kau membalaskan sakitmu dengan cara menyakiti hati lain
Kau penjahat lebih dari pembunuh berdarah dingin
Kau pembunuh tanpa senjata tajam
Kau pembunuh tanpa bubuhan sianida di dalam cangkir kopi
Kau pembunuh rasa rasa indah dalam hidupku
Jalangku

Lonteku
Aku masih berharap sampai kini
Menunggu disini dengan kepastian hati
Bersama luka yang menganga
Menyambut hari dengan sejuta kesakitan kesaktianmu
Yang kau rajut bersama ajian pembasuh peluh saat penatku saat ku berkata doanya adalah kebencianku

Jalangku
Aku menunggu mu di tepi malam bersama mimpi
Tanpa ragu akan harapan
Sebab aku percaya pada seorang sufi yang berkata : tangan yang satu tak akan bisa bertepuk tanpa tangan yang lain.

IRONI JAMAN NOW

Foto : ilustrasi puisi
Ku bisikkan dalam telinga mu tentang surga
Yang tak pernah tergapai jika kau tetap dalam kesendirian hidupmu
Bisikan ruh dalam nafsuku pun bergumam
Selaksa iblis dalam surga
Ku lucuti dirimu dengan bualan kholbu
Memberimu keindahan dan dosa saat ku pegang erat jemarimu di tengah bising dan sepinya kamar kontrak mu

Senyummu dengan bola mata tertutup rapat
Ku cumbui indahmu
Ku lumati seluruh bingkai keindahan tubuhmu dengan nafsu setanku.

Ahhhhhhh.......
Selesai sudah
Ku percikan air keindahan dalam rongga keabadian sucimu
Hingga kau menjerit meronta, menangis meratap

Lalu kubisikan lagi kata-kata terakhir ku
Aku akan menikahimu.

Kupun tersenyum dan memeluk erat tubuhku
Akupun berlalu
Akulah pecundang haha

SEUNTAI KATA UNTUK SENIOR KSR-PMI

Foto : Bendera KSR-PMI
Seuntai kata untuk para senior-seniorku

Senior..
Kami saling mengenal karna engkau ada dalam tubuh ini. Tubuh KSR-PMI Unit STISIP Mbojo-Bima

Senior..
Kalian yang mengajarkan kami tentang bagaimana itu kehidupan, bagaimana itu rasa kasih dan sayang, bagaimana itu rangkulan dan bagaimana itu kebersamaan.

Senior..
Engkau yang mengajarkan kami bagaimana kaki ini melangkah lebih jauh dari sebelumnya
Tangan berbuat lebih banyak dari sebelumnya
Mata yang memandang lebih jauh dari sebelumnya
Dan hati yang selalu berniat serta ikhtiar selalu untuk mencapai suatu tujuan

Senior..
Tak terasa KSR-PMI Unit STISIP Mbojo Kita sudah 11 (sebelas) tahun.
Tidakkah kau mengingat perjuanganmu 10 tahun ke belakang?
Tidakkah kau mengenang tentang kebersamaanmu selama 10 tahun ke belakang?
Semua dilewati dengan cucuran keringat dan air mata

Kami selalu mengingatnya senior..
Kami selalu mengenangnya, lewat sejarah yang kami terima..

Senior..
Kami Rindu..
Rindu akan rangkulan..
Rindu akan keramaian..
Rindu belaian kata yang tajam..
Pun rindu akan kebersamaan.


Senior..
Tahukah kau??
Tanpa kau kami bagaikan kertas yang tak mampu digoreskan oleh pena.
Tanpa kau kami merasa hampa.

Senior..
Kami berjuang demi semuanya
Kami bertarung melawan ego demi semuanya
Demi menampilkan yang terbaik untuk semuanya..
Untuk semua yang telah merintis KSR-PMI Unit STISIP Mbojo-Bima dari awal sampai sekarang.

Senior..
Bukan hanya kami saja yang merindu
Namun rumah ke dua mu pun rindu akan kehadiranmu, yaitu sekretariat KSR-PMI Unit STISIP Mbojo-Bima
Rindu akan gejolak-gejolak yang tertuah
Pun rindu akan bisingan yang sengaja dituah

Senior..
Tiada kata lain selain kata Terimakasih
Terimakasih untuk segala perjuanganmu yang tertuai selama ini.

Kami sayang senior
Kami cinta senior
Kami rindu senior

Dan Kami adalah KITA KSR-PMI Unit STISIP Mbojob-Bima.

Selamat ulang tahun UKM KSR-PMI ku..
Jaya Selalu KSR-PMI ku.. tetap berkarya.. dan eksis selalu..

"Salam Santun Dari Kami, Pengurus dan Anggota Baru KSR-PMI Unit STISIP Mbojo Bima"

Penulis : Ningsih Ulwansyah

SEPERCIK SURAT UNTUK SENIOR HMI

Foto : penulis

Mencintai itu jangan setengah-setengah. Karena hasilnya juga akan setengah. Mencintai harus utuh
dan harus hati yang tulus ikhlas.💚

Ada sepercik surat singkat.

Yunda dan Kanda

Tuntunlah dinda agar tetap selalu tetap belajar mencintai dalam setiap genggaman nafas perjuangan ini.

Yunda dan Kanda

Tuntunlah dinda agar bisa menjadi perempuan yang sesungguhnya. Perempuan yang kelak bisa menghasilkan generasi umat dan bangsa. Pun yang menjadi cantik dengan kejujuran lewat perkataan.. 💚

Yunda dan Kanda

Ada kenikmatan didalam mencintainya
Ada hasrat yang selalu ingin disampaikan padanya. Bahwa dinda ingin terus menikmati.

Menikmati hasil melalui proses yang dibekali oleh Keyakinan lewat Iman, diUsahakan lewat Ilmu dan diSampaikan dengan Amal. Hingga akan tertuai layaknya menikmati kenikmatan yang ada pada puncak tertinggi.

Karena dengannya aku berada dalam kasih dan sayang. Dengannya aku berada dalam lingkup saudara rasa sekandung. Yang ku cinta adalah Himpunanku,  "Himpunan Mahasiswa Islam"

Salam santun dari dinda 💚

Penulis : Ningsih Ulwansyah

BUNGA DARI KSR-PMI STISIP MB

Foto : bunga dari KSR-PMI STISIP MB
Aliran darah menjalar di setip selang
Menghimpit adrenalin tiap setiap pendonasi
Sebab jarum adalah kata kecil bagi benda tajam
Penghapus kata berani bagi segelintir jiwa
Yang berjiwa sosial
Yang mempunyai nurani solidaritas tinggi
Jiwanya akan melawan ketakutan pada benda tajam kecil yang di takuti oleh preman sekalipun

Berbagi kasih dengan setetes darah
Tertumpah ruah para pendonor
Sang suster siap dengan segenap kampuan
Menggosok kulit dengan perban alkohol
Menusuk perlahan lengan si ikhlas darah

Tersunggik senyum diwajah panitia
Menyambut peserta dengan senyum sumringah
Hati bergetar di antara kesadaran
Sebab tafsir diri ialah senyuman istimewa yang memberi harapan
Bunga indah pun terselip dalam kado
Membawa naluri kecakrawala
Atas mimpi tentang sunggik senyum sang suster yang manis

Ah.... Sudahlah
Itu hanya mimpi
Sebab pelayanan adalah utama
Keselamatan adalah yang pertama
Kata seorang wanita si sudut gedung

Ya ya ya
Bunga dari KSR-PMI
Indah dalam naungan senyuman bibir si suster
Yang memberi dengan seutas senyuman manis
Hingga jiwa bermimpi
Aku ingin menjadi bagian dari KSR
Pun juga bagian dari dirinya
Suster cantik

REVOLUSI WANITA AKSIONER

Foto : wanita penginspirasi puisi

Wanita perjuangan?
Ah tidak
Aku hanyalah pemberontak tanpa taring
Berteriak lantang di jalanan
Menyambuk aspal
Hingga asap mengepul menghiasi jalanan

Ban bekas adalah meriamku
Megafon adalah senjataku
Menusuk telinga para pembual busuk
Yang tengah asyik duduk di kursi panas

Akulah wanita tanpa taring
Berdiri di tengah kerumunan
Menjadi saksi para bedebah menyiksa sahabat seperjuangan
Yang tengah asyik bercumbu dengan jalanan

Aku di tengah jalan berteriak
Membongkar kedok penghuni istansi
Namun wajah geram petugas yang katanya penegak hukum
Datang menyibak baju dan benderaku
Lalu tak terelai semuanya
Hancur...........
Batu bata
Batu kapur
Kayu lapuk
Terbang melawan peluru karet dan gas air mata

Akulah wanita tanpa taring yang tak pernah takut akan wajah buas petugas
Berusaha mengingat semua luka kawan-kawanku
Luka hati perjuangan
Luka-luka yang masih membekas di wajah, di kepala dan di punggung kawan-kawanku

Hari itu 28 oktober 2017
Ingatanku masih murni
Mengingat semua rentetan peristiwa
Darah mereka yang berceceran di tanah
Terpentul tongkat buas sang polisi
Polisi buas tanpa busana kewibawaan
Menindas layak preman jalanan
Memukul
Menginjak
Harga diri bagai harga sampah

Atas nama perjuangan dan revolusi
Aku bersumpah atas nama emansipasi
Aku adalah wanita perjuangan tanpa taring
Namun jangan kau coba menyolekku
Niscaya cakarku akan mengaum bagai raja hutan
Aku sudah tak punya urat ketakutan
Akulah wanita revolusi


#NB
Puisi ini saya tulis untuk seorang wanita yang berjiwa aksioner. Saya rasa dia adalah reinkarnasi dari jiwanya kartini.
Mungkin dia adalah RA. Kartini tapi dalam rupa yang berbeda

RINDU BAU BADAN

Foto : penulis
Kata angin semilir di suatu siang
Bercerita tentang pengapnya ibu kota
Di sela-sela awan putih
Berhembus sepui hawa tak mampu
Menembus panas tak kunjung menjadi sejuk

Telanjangi saja tanpa busana
Sebab pengap kini lagi menerpa
Menindih kulit terekresi basah
Dalam baju tersimpan garam pun bau keringat

Bercak putih di ujung kerah
Mengingatkan saat kita masih bersama kemarin
Kita habiskan siang di suatu bukit
Bukit indah jua bukit hatimu

Bercorak khas hasil ekskresi
Gumpalan putih di kerah baju hitam
Saat kau rebah di pangkuan kasih
Kau berucap aku rindu bau badan ini
Akan selalu ku ingat bau badanmu
Meski ribuan waktu nanti yang akan memisahkan kita

Terbuai lamunan saat angin menghembuskan pengap
Senja tiba menyapa
Membawaku pada kenangan masa lalu saat bersamamu
Namun tidak untuk sekarang
Semua hilang dalam kekejaman waktu dan ego kita

Malam menghampiri
Menghapus senja yang baru saja ku nikmati
Pekat megah siap menciutkan nyali
Sebab tanpamu adalah ketakutan dalam hidup
Dan juga untuk menjalani hidupku

INDONESIA DI BAHU KIRI JALAN

Foto :ilustrasi puisi, koin bergambar dan bertulis nama pahlawan di pinggir jalan

Indonesia di bahu kiri jalan
Terkantuk-kantuk di pinggir trotoar
Tertuju mata pada si bapak tua
Yang terukir di atas koin lapuk

Dosa apa gerangan dirimu kawan
Apakah kau bukan pahlawan?
Kenapa engkau tertidur sendirian di bahu kiri jalan
Apa yang hendak kau pikirkan?

Hewan melata melingkari koin
Terselip doa dari juluran lidah
Pangkulah aku kata yang ku baca dari impinya
Doa terucap untuk sebuah koin dengan nama dan ukiran wajah pahlawan

Nama jalan jua pun nama koin yang di buang di pinggir jalanan
Semua adalah harga sejarah bukan?
Dimana harganya?
Jalananku adalah jalanmmu tuan
Bersabarlah
Perjuangan mu tak akan berakhir
Meski kau di marginalkan di pinggir jalanannya para pahlawan

Kau telah hilang jendral
Kau di buang di bahu kiri jalan dekat trotoar
Hargamu tak lagi di gunakan
Namamu hanya pelengkap nilai seratus rupiah

Maaf kan aku pahlawanku
Pahlawan negeriku
Jasamu hanya menjadi potret di sebuah koin kusut yang kini tak lagi punya nilai
Kau di buang, tanpa ada mata yang punya rasa takut kau kehilangan.

#NB
Puisi : jujur, jiwa saya menangis melihat sebuah koin yang tengah terlantar di pinggir trotoar, aku menangis tanpa air mata, terlintas dalam benak saya, nilai perjuangan para pahlawan yang pernah saya baca di beberapa buku, tapi kini hanya menjadi pelengkap koin 100 rupiah yang tak punya nilai, dan di buang begitu saja di pinggir trotoar..

Himbauan : bagi siapapun yang punya uang koin dan merasa tak di butuhkan lagi, tolong simpan dengan baik dan jangan di buang, sebab di sana tertulis dan terpatri wajah pahlawan kita, tolong hargai perjuangan mereka dengan tidak membuangnya.

AKULAH SI MISKIN YANG BUTA

Foto penulis
Akulah si miskin yang buta
Buta huruf
Buta mata
Buta hati
Buta segala

Akulah si miskin yang bodoh
Bodohi orang
Bodohi diri sendiri
Di bodohi orang

Akulah si miskin yang malas
Malas-malas
Malas melas
Malas mulas
Malas moles

Aku si miskin yang tak ada harga
Harga diri
Harga hidup
Harga malu
Harga pinta
Harga ingin
Harga mau
Harga mati
Harga marga

PUISI UNTUK DJ

Foto : masalah hingga lahinya puisi


Kagoko
Kagoko
Kagoko
Kagoko
Kagoko
Kagoko

Ribuan makna telah ku cerna
Ribuan kata telah ku andai
Namun di balik itu hanya kata sampah yang ku lihat
Yang terangkai di situs para atheis

Ingin sekali ku layatkan sebuah surat cinta
Namun kasihku kini buram
Menjelma sukma angkara murka
Hingga legamkan semua kebenaran dalam nurani

Rumah Tuhan?
Orang Tua?
Peduli apa?
Yang penting aku di puji dengan kata bahwa aku berani berstetment di antara ribuan hantu

Aku lebih dulu katamu
Aku tua tanpa umur katamu
Aku terlahir sebelum ibumu di lahirkan katamu
Aku si kagoko katamu menurutku

Kagoko
Kagoko
Kagoko
Kagoko

Sudahlah empat baris saja
Sudah capek aku menulisnya
Kalimat tanpa isi
Isi kepala apalagi
Hanya isi dompet yang masih tersisa

Sudahlah
Ku akhiri saja puisi ini
Puisi kagoko untuk dj
Yang memainkan musik opini tanpa adab dan etika.


Puisi : untuk seorang anggota wakil rakyat yang menjabat sebagai wakil ketua DPRD Kota Bima

IDEALIS ITU KATA SAMPAH

Foto : penulis

Rasanya hidup ini tak ada lagi yang namanya idealis
Bajingan adalah kata sampah yang menjadi teman setia
Tiap setiap persoalan selalu berakhir dengan kata kepentingan.
Lalu apa maknanya kita gaungakan semua bisa berekspresi
Jika hanya segelitir orang saja yang di utamakan?

Idealis?
Itu kata yang sudah menjadi sampah
Karena semua berkoar tentang idealisme
Namun di balik mimbar semua adalah anjing yang kelaparan

Hahaha
Rasanya ingin ku telanjangi semua kain pembungkus molek itu
Agar dunia tau bahwa di dalamnya ada bangkai yang kehausan untuk di setubuhi

REVOLUSI PETANI

Ilustrasi puisi

Tak ada lagi tempat untuk pulang
Aku anak yang terbuang
Terjual di pinggir warung gorengan
Bersama penjual koran korengan

Mimpi terbeli untuk berjuang
Menjadi seorang bocah petualang
Berorasi di atas mimbar antonim beruang
Tak kenal panas meski hari telah masuk siang

Teringat sedari pagi
Belum satu teguk pun kopi ku nikmati
Sebab hari tani menuntutku berorasi
Melawan tirani yang suka beronani

Merah putih hijau biru kuning jingga
Warna pelangi politik indonesia
Yang mengisi ruas jalanan ibu kota
Menuntut harga sandang pangan kembali tertata

Satu lagi
Kata kopi revolusi
Peti mati para petani
Harus Terbuat dari besi
Agar mereka selalu abadi

SYAIR PETANI DAN ELIT POLITIK

Foto : penulis
Dengan dua lensa aku berkaca
Membaca dari pendengaranku yang tuli
Atas intrument yang di lantunkan oleh para elit
Cinta NKRI katanya
Pancasilais katanya
Demokrasi katanya
Bhineka tunggal ika katanya
Negara agraris katanya

Sementara di balik mimbar
Pelacuran kata siap di mainkan
Obral janji adalah taman firdausi bagi telinga tanpa saring
Sebab dompet pribadi menebal
Bolehlah kita beli orang

Ekonomi meroket
Tak usah ngutang lagi
Sejahterakan buruh
Usut tuntas kasus HAM (munir dan wiji tukul adalah misteri)
Inilah bukti bualan dalam mimpi sebelum tidur

Ah sudahlah
Ekonomi sosial tanyakan saja pada karlmax atau ferdrik angel
Ekonomi kapitalis tanyakan saja pada adam smith
Ekonomi syariah tanyakan saja pada google kata bang fahri karena kami bukan lagi berdebat tentang ekonomi syariah atau apapun itu
Itu terlalu rumit dalam rumus hidup kami
Yang kami minta ekonomi mikronya tolong di perbaiki
Sebab peti mati sudah kami siapkan sendiri
Tak usah memahat peti dari berlian
Tanah liat saja sudah cukup

Insektisida murahkan
Harga bawang naikkan
Nilai rupiah naik terhadap dolar
Korupsi di hukum mati
Petani berikan mobil dinas
Jangan hanya kepala dinas yang mendapat perlakuan yang istimewa dan hanya duduk di kantor
Sementara para petani jalan kaki sejauh lima kilo menuju kebun dan ladang untuk bercocok tanam

Revolusi petani
Tanggal 24 hari tani
Kami dari anak para petani
Siap tumbangkan tirani
Dijalanan kami berorasi
Menuntut para penguasa untuk di adili
Sebab pajak rumah dan sawah kami sudah terlalu tinggi

Sementara para petani tak pernah menghiraukan nasibnya
Mereka asyik bercanda ria di sebuah gubuk sawah
Harga cabe naik istri minta cerai
Harga BBM naik gagal kawin lagi
Harga Telur naik janda minta di poligami
Harga diri naik kayaknya 1989 harus terulang lagi
Revormasi revolusi petani
Besok pagi
Siap menggemparka penguasa negeri


BUNYI PENA

Foto : ilustrasi puisi
Bagaimana pena berbunyi?
Apakah semacama lagu goyang dua jari?
Ah tidak
Cara pena berbunyi ialah kata tanpa suara
Ia mengalir dari pikiran para intelek
Yang ingin merubah alam bawah sadar si pembaca

Pena adalah pasangan hidup bagi suami atau istri
Ia mewakili semua keistimewaan berpikir
Menuangkan segala suka duka
Tanpa ampun menguraikannya laksa banjir bandang melanda hunian warga

Pena adalah pedang
Yang mampu menikam tanpa bersentuhan
Ia bisa mematikan jiwa
Meski jarak berada di cakrawala
Ajiannya mampu memenjarakan setiap manusia
Meluluhlantakkan istana laksana pancasona legenda karmapala

Pena adalah sahabat terbaik
Yang selalu mendatangi setiap kau mau berkeluh kesah
Tanpa bising ia mendengar semua kisah
Hujatan kritikan rayuan bahkan penghambaan
Ia adalah tempat penampung semua kata-kata pun sampah

Sementara para sufismen bercerita
Bahwa di lauhil mahfudz berbunyi suara pena
Penulis takdir bagi setiap jiwa yang bernaung di dalam semesta
Menguraikan jodoh dan semuanya
Sebab itu pena sangat indah
Ia mampu menelanjangi tubuh bahkan dengan satu guratan

KITA ADALAH SATU DARI DUA YANG AKAN MENYATU

Foto : ilustrasi puisi

Setubuhi saja pikiran liarku
Aku sedang tak berbicara langit
Apalagi ilmu bumi
Aku sedang berbicara tentang kita
Tentang surga di antara kita
Yang ketika sendiri tak dapat kau miliki
Ayolah kau mengerti bukan?

Nikmati saja malam ini
Bersama hembusan angin malam yang dingin mencekam
Bersama lilin buta
Kau akan menikmati keindahan alam ini

Ayo
Nikmati saja
Aku pembawa peradaban
Jangan kau khianati keberadaanku
Aku adalah dunia tanpa punah
Jadi marilah

Aku datang menjadi tamu pembawa nikmat
Di sela lamunanmu tentang surga dari fatwa filsuf langit
Aku mencoba menafsirkannya bukan?
Kau tentu tau
Aku tak lagi berucap
Karena kita adalah satu dari dua yang akan menyatu

Gie

DEMOKRASI BUKAN AGAMA

Foto : ilustrasi puisi
Sumber foto : makeameme.org

Untuk apa kau tulis fatwa apalah
Aku sudah sejak lama membuangnya
Sebab tak ada lagi yang perlu kita sesalkan
Semua sudah tersirat dalam panggung demokrasi
Bahwa nilai elektabilitas lebih tinggi dari keyakinan

Ah sudahlah
Tak usah dulu kita bicara tentang langit
Sekarang mari kita nikmati saja yang ada di depan kita
Ayolah.....!!!!!
Ayolah sayang
Mari berdansa
Buang semua wibawa dan adab agama
Sebab politik dalam berdemokrasi bukan agama
Jadi mari kita ikuti intrument yang telah tercipta
Sebagai wujud kecintaan kita kepada umairah dan ulama

Ayolah sayang
Telanjangi saja semua kain pembungkusmu
Biarkan mata liar bebas menikmatinya
Karena terlalu angkuh jika kau masih mempertahankan kewibawaanmu

Jubah?
Tak usahlah
Besok juga bisa di beli yang terbuat dari sutera
Tak usah kau pedulikan
Sebab pesta baru saja di mulai
Ayo nikmati dansanya

Ayolah.....
Kau tunggu apalagi?
Kaum sedang menunggu
Tunggangan dari fatwa tuk menuju surga

Ayolah
Buang semua keyakinamu
Langit masih akan memberi hidayah
Percaya saja apa kataku
Kau akan mengerti tentang filsafat langit

Yakin saja.... Kata Adian di ujung acara
Kau mau apalagi?
Yakin sajalah
Tak usah dengar kata wiji rendra apalagi munir
Mereka telah abadi dalam dunianya
Mari kita berpangku tangan
Menjadi pendengar yang baik dari semua skenario
Kita bukan pemain
Ayolah
Kita pulang
Kita hanyalah budak dari negara
Yang menjadi penonton dari turnament elit

Ayolah tak usah bicara
Kita babu
Kita rakyat jelata
Kita bodoh
Kita adalah ulama Google celoteh fahri
Itulah demokrasi

LAPINAKU WANITA REMBULAN

Foto : ilustrasi puisi
Rembulan sekarang aku percaya bahwa indahmu adalah semu
Aku percaya dengan kalimat yang tak pernah kau ucap
Bahwa kau tidaklah indah bagi pemujamu
Karena kau hanyalah olesan dari lipstik matahari
Yang meminjamkan cahaya saat kau butuh pemuja dari jiwa pedamba

Rembulan sekarang aku tau
Kau adalah pembohong bagi para jiwa
Yang memuja keindahanmu
Kau bahkan tak lebih dari seonggok daging yang telah busuk
Yang di tuang dengan anggur keindahan
Hingga semua mata mabuk dalam kesemuan keindahanmu

Rembulan kau adalah wanita terbusuk
Kau lukai lukaku
Kau sayat lagi luka lama yang telah terkoyak cabik
Hinngga sesak melanda detak nadi
Bernapaspun tak menentu dalam memaknai skenariomu

Rembulan kau wanitaku
Wanita lapinaku
Yang menghibur di kala butuh
Butuh terpenuhi lalu menghilang
Menghilang di balik awan hitam
Hitam jemariku legam
Legam hati yang dendam
Dendam pada rindumu yang semu
Semumu wahai lapinaku
Lapinaku wanita rembulan

Rembulan tanpa rasa tanpa kasih
Menghilang di ujung harap pekat malam
Tanpa gemintang sang bintang
Kejora pun hilang
Di telan jingga yang terbungkus rapi di ufuk timur

Pagi ku datang
Rembulan hilang
Namun sayatan malam sang rembulan masih membekas
Membawaku pada kematian rasa
Aku lelah

KAU INTAN DARI KERAK BUMI

Foto : sang penginspirasi puisi
Aroma aksara dari bau tubuhmu semakin bisa ku baca
Menidurimu dalam kasih huruf buta
Lalu kau membuat puing dari kiasan masa lalu
Entah seperti apa aku akan menjamu mu

Ratapanmu tentang rindu selalu kau bisiki tiap waktu ku
Hingga aku percaya kau hanyalah pecandu dari aksaraku
Hingga tak lagi aku hiraukan kalimatku
Ternyata kau adalah penulis sunyi di balik sepi
Yang menertawakan kalimat-kalimat hampaku

Amboyyy
Kau intan dari kerak bumi
Yang telah terasah dari zam-zam vulkanik
Melapas busur tikam pitaku
Hingga bisu semua kalimatku

Aku gagap dalam fasihmu
Aku tuli dalam suaramu
Aku tanpa kata tanpamu pun darimu


KETIKA SEPOTONG CHAT TAK LAGI BERMAKNA



Foto : potongan chatingan


Kemarin kita sibuk berbicara tentang rindu
Mengabarkan bahkan hal sekelumit pun
Bercerita tentang mimpi-mimpi surga
Yang akan kita raih di kala hati berpaut dalam satu ikatan
Potongan chat

Sekarang kita sibuk mencari cara untuk saling melupakan
Seakan akan ada piala dari kejuaraan perlombaan ini
Berlomba-lomba menghapus semua kenangan
Yang kita urai di tiap lembaran chatingan pendek
Potongan chat

Haha
Aku memang bodoh
Sampai sekarang potongan sms mu pun masih saja ku lihat
Bahkan tawa wkwkwkwkwk mu begitu nikmat ku baca
Setelahmu hilang dari kabarmu
Kabarku apa lagi
Potongan chat

ketika sepotong chat tak lagi bermakna
Dalam mencari kabar pun jua rautmu
Yang kau selipkan di galeri hidupku
Bersama pagi kau kirim kopi dari cintamu
Hingga ampasnya pun aku teguk
Potongan chat

Sekarang
Kau sibuk bukan?
Sibuk yang entah apa kau sibuki
Melupakanku yang entahlah
Aku muak
Potongan chat

KAU JAHAT MALAM INI

Foto : ilustrasi puisi

Harapanku telah hambar
Saat suara mu mulai parau
Saat kau mengucap tidak untuk malam ini
Untuk sebuah cumbuan puing kata dari dasar hatimu
Yang tak jua kau mau berbunyi
Atas desakan dari rohku yang rindu rentetan baitnya

Kau jahat malam ini sayang
Kau tak lagi mendengar ucapku
Apalagi harapku
Kau bungkam dari kata-katamu
Kau racuni jiwaku yang gundul dalam tafsiran
Kau hiasi semua dengan kesemuan
Sedang kau adalah pendesain huruf

Apakah kau sudah lelah dalam merangkai kata untukku?
Hingga kau selipkan sebuah kata tak mampu
Untukku
Untuk permintaanku
Satu bait kata rindu di ujung puisi
Untukmu
Untukku
Untuk kita
Yang sedang di landa rindu oleh kata-kata hampa di ujung malam

ELEGI KIDUNG PERINDU

Foto : ilustrasi puisi
Sumber gambar : kompasiana
Rindu menghadirkan elegi
Bersiul bernyanyi bahkan dalam kamar mandi
Meratapi juga bukan
Karena imbas rindu adalah senandung tanpa paksa

Saat senja pulang pun ia berhasrat
Merajut menyatu bagai kain sutera
Membungkus sepi kemudian pulang
Membawa kembali pada sang raja yang kerontang

Masih pada senja
Mata enggan terpejam memukau menanti hitam
Sebelum jingga benar hilang dari pelataran
Memetik senar dari dawai yang kini telah berkarat

Bernyanyi
Mengalunkan lagi lagu kenangan
Tepi pantai perjanjian tuk pulang
Merekatkan kembali syair-syair yang berserakan

Lagu rindu untuk kidung perindu
Yang terucap saat layar hadirkan kata
Bersama mikrofon pun jua speacker
Bersama kita alunkan lagu sendu
Karenamu akan pulang
Karenamu akan kembali
Karenamu akan hilang
Pergi keseberang pulau tempat menjajal ilmu

Di tepi pantai aku menunggumu
Bersama toga engkau kembali
Menemuiku
Menemui walimu
Ikrarku akan terucap
Pasti

MESIU CINTAMU

Potongan puisi
Beri aku kata rindumu
Sebab kau harus mempertanggungjawabkan ini
Sebuah rasa yang telah kau pupuk bersama syairmu

Kau harus menjadi laskar dalam geriliamu
Kau mengajakku perang tanpa koloni
Di saat peperangan tanpa kolonial yang menjajah
Namun kau datang menawarkanku perang ketiga
Melawan segala penjajahan hati yang oleh aksara-aksara saktimu

Karena rindu ini ialah seumpama gas fasfor israel
Meracuni setiap yang menghirup racunnya
Membawanya kepada kedamaian abadi
Di dalam alam mati sepi tanpa pelita
Selaksa kubur terkubur dalam kuburan

Datanglah sayang
Sebagai pahlawan meskipun siang
Sebab pertahananku semakin lemah dalam melawan mesiu cintamu
Yang menghacurkan semesta berpikirku

Aku tak lagi mengerti taktik apalagi strategis
Sebab semua blokade yang ku kuasai
Telah kau hancurkan bersama lemparan torpedo rindumu

Aku hancur
Berkeping-keping dalam menjamu peperangan ini
Kau menang
Tapi bantu juga aku memapah kawan-kawan aksaku
Agar aku mampu mempertahankan sebagian dari warasku
Yang hendak pergi dari akal jernihku

Tolonglah
Aku di kuasai oleh jajahanmu
Pertahananku telah hancur
Kau yang melakukannya
Kau harus bantu memapahku
Melewati ini demi sebuah cita-cita kemerdekaan cintaku
Sekali lagi tolonglah

LDR "Kekasih Dalam Puisi"

Foto : ilustrasi puisi
Sumber gambar : comece

Kekasih dalam puisi yang memenjarakan
Pembual tanpa raut
Menghisap darah dalam kenangang
Hingga laut tanpa pantai kembali menjajah

Ia kembali merajuk
Merajutpun enggan
Kau kekasihku
Kekasih hayal dalam bait-bait akasara
Yang tertuang melalui imajinasi
Hingga keberadaannya tergambar hanya lewat ilusi

Kau hantu?
Bukan...!!!
Kau hanya tak pernah kulihat dalam nyata
Sebab kehadiranmu adalah mimpi dalam sadar

LDR?
Lalui duka romansa
Menggapai cinta dalam alam yang tak pernah di lihat
Menyambut cinta dalam maya khayal yang hitam
Menyambutnya indah
Namun cinta yang semu siap memenjara
Karena jarak waktu adalah ujian dalam harapan
Sebab cintaimu adalah benar
Namun kau tak pernah bersua dengan ku dalam nyata

Kau lukaku
Sebab sesuntuk malam tanpa hingar bingar
Begitulah rasaku padamu
Kau memenjaraku tanpa rautmu yang bisa ku jumpai
Dalam hayal
Dalam nyata
Kau tak bergeming dari cadar pembungkusmu
Hingga diriku lelah dalam memujamu
Tanpa raut
Tanpa senyum
Aku mengagumi hanya lewat aksara yang kau tuangkan
Di bait puisimu
Kau kekasih puisiku

BIARKAN SAJA


Foto : ilustrasi puisi
Baiklah akan kurangkaikan kata pembalasan untuk mu
Untuk hari-hariku yang telah kau renggut
Demi mencapai kepuasanmu dalam menindasku
Biarkan saja

Aku bukanlah sesuatu yang bisa kau penjarakan
Aku adalah liar yang tak pernah terjamah
Aku adalah luka yang tak pernah sakit
Sebab hatiku adalah batu legam dari hajar bumi
Lepaskan saja

Kau tau sekarang
Aku adalah pecundang dari kelas seni
Meluapkan sakit pada sebait kata puitis
Hingga sakit tak lagi menjerit
Bersama tertuang di lautan kertas suci
Dengarkan saja

Biarkan
Jangan melarang
Biarkan aku meluapkan semua ini
Sebab terlalu sakti kau memainkan ajian ini
Hingga menepispun enggan ku bisa dari pengaruhnya

Biarkan saja aku mati di syair-syairku
Anggap saja ini adalah kata mayat dari mumi laut merah
Yang menuntaskan dendam
Pada wakil pembawa kasih
Agar kau tau aku adalag bualan tanpa rasa

Biarkan lepas dengar
Semoga kau tuli dalam semua hal
Agar kau tak lagi mendengar rayuanku
Sebab aku selalu tak bisa mengendalikan diriku
Jika berhadapan dengan dirimu

TANPA CINTA

Foto : ilustrasi puisi
Sumber foto : fb #musafir kelana

Hancur terlindes oleh luka masa lalu
Hingga capain angan sang penyair tersobek di pelataran hati

Sempat tergores dalam naungan amor
Hingga penyangga yang datang di hapus karena luka lama

Liar sekali tafsiranmu
Hingga aku kau dia mereka adalah sama
Menjadi satu dalam diri
Hingga aku adalah diriku
Telah kau lenyakan semboyanku
Mewakili semua seluk beluk ucapanku
Dalam setiap bait yang terlaksa dalam baris paragraf-paragraf hampa

Aku pernah bercerita bukan?
Di sudut malam aku begumam dalam satu nama
Hingga pagi jua pun kau bersuara
Bahwa malammu telah kau habiskan untuk melihat ceritaku di atas altar bersama dia siapa aku tak tau

Lalu dengan selembar kata dalam sobekan kertas
Kau menitip lewat angin malam
Bahwa rindumu telah terguncang bersama vulkanik semesta di pulau seberang

Hingga kau putuskan
Aku telah kalah dalam dramamu
Sekarang kau pulanglah bersama malam
Menyambut pagi nan indah di esok hari
Tanpa ku
Tanpa mu
Tanpa cinta

SEMUA SAMA DIMATA HATI

Foto : ilustrasi puisi
Sumbet foto : tikel line

Baiklah aku tak akan memaksa
Mari kita sama-sama lanjutkan permainan ini
Atau kita akhiri saja permainan ini
Sebab lukanya akan sangat menyayat jika rindu selalu di bubuhi setiap saat

Aku tak memaksa setiap kehendak
Sebab aku percaya akan takdir
Untuk apa aku bercerita tentang rasa
Jika karma adalah kata terakhir yang harus mengirimkan luka?

Lengkapi saja lukanya
Lengkapi saja dukanya
Karena tak ada sakit yang tak berdarah
Tak ada suci yang tak ternoda

Akhiri saja
Kata tetangga saja adalah Tuhan bagi puan
Kenapa tak lenyap saja?

Aku hanya pelahir kata-kata sakti buatmu bukan?

Sudahlah akhiri saja
Jangan terlalu melemahkan pikiranmu melawan kesakitan
Sebab luka dari sayatan lama masih membekas

Lalu?
Mengapa berucap pada waktu
Dia naungan masa bukan?
Dengan hari ini ia memberikan rasa ketidakpercayaan pada semesta
Bahwa cinta dan lelaki adalah buta
Semua sama dimata hati

TAK USAH BERHARAP PADA SUNYI

Foto : penulis

Entahlah
Aku tak lagi tau bagaiman caranya merangkai kata
Sebab imajiku terhalang cakra kehampaan di sudut kata-katamu

Aku bukanlah pemain cinta yang ulung
Aku juga bukan semua type yang di idamkan
Aku hanyalah penyair jalanan gila yang tak mesti harus di restui oleh cinta
Yang mempunyai hati yang telah di labuhkan dalam hati

Sempat terpikir ingin pergi
Namun jiwa terpanggil dan mendesak
Sebab cakra dari sesuatu yang tak pernah ku lihat adalah mimpi abadi bagiku

Aku bukanlah sesuatu yang kau maksudkan bukan?

Kita hanyalah taman indah
Tempat melepas penat di kala penat melanda
Lalu kita tuangkan syair-syair kita di atas sucinya kertas
Membubuhinya dengan kalimat cinta dan rindu

Itu hanya permainan bukan?
Sudahlah
Tak usah berharap pada sunyi
Kata-katanya tetap sama
Semua nya adalah kebencian yang pernah ku untai sejak lama
Sebab doamu adalah semua lelaki ialah sama

ASMARA DAN BELENGGU ORGANISASI

Foto : penukis

Bismilahirohmanirohim.
Bukan ku meninggalkanmu sebagai organisasi yang ku cintai.

Aku hanya takut melampaui batas.
Batas dari pengetahuanku yang minim.

Izinkan aku bersemayam bersamamu dalam setiaku yang diam.

Izinkan pula aku bersama dengan yang lain guna mengembangkanmu.

Sementara itu biarkan dirimu untuk yang lain dan aku masih tetap bersekutu denganmu.

Aku mencintaimu dan amat menjaga nama baikmu.

Maka tidak akan ku lampaui batas dari kekurangan ilmu pengetahuan ku untuk mengotori namamu.

Wahai,,,
HMI ku tidak akan ku sentuh konstitusi dan ajaranmu untuk membuat ku sekadar bangga diri.

Aku ingin lebih pada pengetahuan dimana aku dapat bersemayam bersama rindu rindu gelap malam dapat menjadi cerah karna islam dalam HMI mu.

Tolong.!!!
Tuhanku..
Berkati HMI ku walau tak ku jingkali hingga aku dapat lanjut di LKK,LK2, dan  LK3.
Maafkan pula aku karna hanya berpusar pusar di skala LK1.namun percayalah rintik rintik rindu pengetahuanku slalu ingin menjumpaimu.
HMI ku....

Penulis : karmila
(pemusnah generasi)

AKU ADALAH SAMPAH JALANAN

Foto : penulis

Aku tak memaksa sesuatu yang bukan hak ku
Aku adalah bagian dari sampah pengisi hari
Menjelajahi alam tanpa tanduk
Menyeruduk pun apalagi

Aku adalah sampah jalanan
Menekuk bahu di persimpangan waktu
Bermimpi pada sesuatu yang tak pernah ku lihat
Memantaunya pun enggan terbaca

Senyum?
Ah sudahlah
Jangan terlalu banyak berharap
Sebab hati saja itu sudah cukup
Jangan kau pinta yang bukan hak mu
Sebab luka siap di sayat jika kau berkehendak paksa

Aku?
Sesuatu yang tak pernah kau jaga
Kau bahkan tak pernah melihat dari jauhmu
Bahwa sesuatuku sangat bermakna jika kau cederai akidahmu
Tapi
Sudahlah

Kehampaan itu akan segera terwujud
Sebab cadarmu adalah penafsir kata tanpa suara
Yang kau selipkan di ujung pembicaraan
Bahwa kau akan meninggalkanku

JANGAN DULU TIDUR MALAM INI SAYANG

Foto : penulis
Malam adalah anak yang di lahirkan oleh siang
Yang menangis terisak di tengah pekat
Menjelma bunda menyusui sang bayi mungil
Hingga terpancar cahaya dari imut dan lucunya hari
Di saat ufuk membungkus jingga merah yang masih utuh
Menjumpai panas yang menghanguskan embun pagi yang membasahi hati para jiwa pecinta subuh

Putaran jarum mengikuti bundaran mimpi
Hingga bergejolak hati ingin menemui
Mengobati rasa dalam alam hasrat
Bersua denganmu adalah mimpi yang di semogakan

Kau kemana siang tadi
Seuntai kabar yang terharap tak pernah kunjung tiba
Sayang jangan biarkan rinduku di telan panasnya mentari yang tak kunjung mau bersahabat
Yang ku rayu agar mau menyejukkan hati
Karena rasa rindu kian memanaskan hasrat cintaku

Malam kembali hadir
Menjemput senja di pelataran mimpi
Membubuhi kertas dengan tinta nista
Sebab kesuciannya telah terenggut oleh imaji
Yang menginginkan kau tuk hadir di malam ini

Jangan dulu tidur sayang
Masih ada kata rindu yang harus kita urai malam ini
Aku ingin kau menemaniku menjelaskan semua urainnya sebab sakit adalah duka ketika rindu bercengkrama dengan sepi bersama pekat dan hitamnya lilin

Jangan dulu tidur malam ini sayang
Aku masih ingin bersandar di pangkuanmu
Bercerita tentang mimpi bersama saat kita di satukan oleh tangan Tuhan nantinya
Membelai mesra semua kalimat-kalimat teraksa
Hingga kita larut dalam sepinya malam yang di hiasi bintang gemintang

Jangan dulu tidur malam ini sayang
Aku masih ingin memandang dan melihat raut wajahmu
Biar terpuaskan hasratku untuk memujimu
Biar terobati hausku yang kerontang atas kasihmu
Jangan dulu tidur sayang
Pintaku

SURAT RINDU UNTUK AYAH

Foto : Ilustrasi puisi
Sumber foto : kompassiana

Ibu rangkain kalimatku adalah permintaan ku
Aku bermunajat dalam setiap doa diamku
Membubuhi kalimat indah untuk para penghuni langit
Serupa harap agar tercapai dari iming
Semoga di kau ikhlaskan anakmu untuk berkelana
Mencari jati diri yang tak pernah di ajarkan oleh sejarah
Sebab ayah adalah sejarah yang tak pernah ku tau
Cerita apa yang telah ayah rangkai saat ia memutuskan untuk pergi selamannya

Ayah Daeng atau Pua
Aku tak tau harus memanggilmu apa
Tapi yang ku dengar dari tetangga dan kakakku kalau kau sering di panggil pua

Seandainya ada rasa kasih sayang sebuah waktu
Menuntunmu sedikit lama dalam memapah sejarah hidupku
Agar aku tau bagaimana rasanya bercerita di bawah pohon rindang
Sambil menikmati kopi hitam buatan ibu
Dan kita bercerita tentang sebuah mimpi besar untuk nanti ku gapai

Ayah sebuah sketsa telah coba ku rangkai
Memaknai semua keriput dan lukamu sebelum beranjak
Menjemput malaikat mengikhlaskan ruh
Untuk di pintal bersama penghuni surga :

Ayah adalah jalan
Tumpuan kaki untuk tetap kokoh
Ia adalah tiang bagi berdiri kaki
Untuk kekokohan jiwa bagi setiap anak

Ayah adalah punggung dunia
Di dalam jiwanya adalah tanggung jawab
Tiap bapak yang pernah menjalani belia
Selalu tersimpan naluri anak pada seoarang ayah
Kekokohan jiwa seorang anak ialah bagaimana kasih sayang seorang ayah

Namun itu hanya anggapku dalam mengartikan bahasa tubuh teman-teman sebaya ku
Ketika mereka bercanda ria dengan sosok seorang yang mereka panggil ayah
Yang tak pernah ku panggil selama hampir dua puluh tahun
Sebab waktu tak mau bergeming dari pendiriannya
Merenggutmu tanpa peduli dengan tangisku
Yang menikmati dunia dengan kepahitan yang menganga tanpanya

LUKA ADALAH KATA YANG PALING SEMPURNA

Foto : ilustrasi puisi

Rindu adalah kata yang paling bijak
Yang di rangkai dari aksara-aksara sempurna
Hingga terpola sebuah kata istimewa
Yang mengaum bersama duka terpendam
Ia mampu menyihir segala sukma
Hingga terlaksa derai air mata di ujung senja
Menaungi lintah rindu yang siap menghisap sendu
Di ujung hati yang sempat di sayat luka

Luka adalah kata yang paling sempurna dari semua kata
Sebab darinya kita bisa belajar
Bahwa memiliki tak harus terluka
Bahwa merindui tak harus bersua
Bahwa kesakitan tak selalu nyawa terenggut
Bahwa mencintai tak harus memiliki

Mencinta adalah kata hati bagi para pendamba
Sedangkan memiliki adalah takdir dari tafsiran kalam yang menaungi segala alam
Tak ada hubungannya cinta dengan menikah atau memiliki sebab alasan mencintai tak harus memiliki dan berakhir di pelaminan

Sedangkan pelaminan adalah kata dan tempat yamg selalu di nanti oleh seorang wanita untuk di bawakan oleh lelaki setelah ikrar terucap di hadapan sang wali

KAU ADALAH SESAK YANG KU RINDUI

Foto : Penulis saat menikmati senja

Kau kemana hari ini?
Tak ada kabarmu kali ini
Kenapa kau penjarakan nurani
Setelah kau berucap jangan kau larang rindu ini

Kau kemana sore ini?
Bolehkah aku bersamamu menikmati senja?
Menikmati gelap yang perlahan mengutuk bumi
Yang memberi pekat tiap hati yang tengah gundah gulana di landa rindu

Kau kemana saat senja?
Harapku hanya hampa
Kau menghilang tanpa kabar
Meninggalkan luka tanpa ampun
Atas ucapmu yang kau tawarkan tentang rindu kala itu

Senjaku pun berlalu di telan malam melintang nelangsa
Sebab kau telah menaburkan candu racun dalam setiap ucapanmu yang tak dapat kau pertanggungjawabkan
Kau pembual yang ku kagumi
Kau pembohong yang ku sayangi
Kau adalah luka yang ku ingini
Kau adalah sakit yang ku cintai
Kau adalah sesak yang ku rindui

SEBUAH CACATAN UNTUK KAWAN-KAWANKU

Foto :  Ilustrasi puisi

Disuatu hari aku sedang membaca buku tentang cacatan  revolusi rakyat yang di tuliskan oleh che guevara.

Aku digerakan oleh batin dan kesadaran politik untuk melibatkan diri dalam perjuangan rakyat kulonprogo yang melawan, rakyat sukoharjo melawan racun PT. RUM, kawan-kawan aktivis yang dikriminalisasi, dan bangsa papua yang dibantai, dijajah oleh negara kolonial indonesia pada 1961 tanggal 19 desember.

Aku sanggat malu, sanggat malu melihat kawan-kawan mahasiswa yang hanya berbondong-bondong untuk melibatkan diri dalam kegiatan konser, kegiatan yang hanya melahirkan watak hedonisme kegiatan yang tidak mampu membakar semangat perjuangan rakyat melawan.

Kini aku sadar bahwa pendidikan tidak mampu menciptakan  kaum muda untuk terlibat dalam perjuangan rakyat, kini aku sadar bahwa pendidikan hanya dijadikan komersialisasi kepentingan modal.

Kaum muda harus sadar bahwa pendidikan bukanlah satu-satunya jalan untuk merubah nasib, kaum muda harus sadar bahwa melibatkan diri dalam ajang kampanye elit-elit politik busuk bukanlah jalan terakhir, kaum muda dan rakyat harus sadar bahwa menitipkan nasib pada elit politik borjuasi bukanlah jalan akhir.

Aku ingin mengajak kalian semuah belajar bersama, berjuang bersama dan mengorganisasikan seluruh rakyat-rakyat yang malawan hari ini untuk bisa mencapai apa yang diinginkan oleh petani, buruh, dan kaum miskin kota.

Aku ingin menyampaikan kepada seluruh kawan-kawan bahwa organisasi bukanlah alat untuk berkumpul seperti arisan, bukanlah alat untuk dijadikan tempat bergosip tentang kemiskinan dan ketidak adilan.

Kawan-kawanku tak usah lagi dicari penyebab kemiskinan tapi cari sistem yang mampu mempertangung jawabkan kemiskinan dan mampu mengatasinya, ajak pikiran kita dan baca kembali buku-buku yang dituliskan oleh kaum marxis-leninis dan apa yang sekarang perlu kita kerjakan dan gerakan sosial diberbagai belahan dunia, gabungkan diri kita semuah dalam gerakan rakyat, bukan gerakan LSM, tapi bersama rakyat miskin untuk membuat sistem produksi, tidak ada yang bermartabat dari seorang kaum muda, kecuali dua hal, bekerja untuk melawan penindasan dan melatih diri kita untuk selalu melawan kemapanan.

Aku ingin mengatakan kepada kalian bahwa organisasi adalah alat perjuangan, dan alat alternatif pendidikan agar kita tau realitas bahwa kapitalismelah yang memiskinkan rakyat, merampas tanah-tanah rakyat, dan melakukan PHK terhadap buruh.

Akun ingin mengatakan kepada kalian kawan-kawanku bahwa tulang punggung revolusi adalah buruh, karna suatu saat nanti kita akan menjadi burun, inggat kawan-kawan bahwa suatu saat nanti akan menjadi buruh, ingat, ingat.

Aku gusar memandang negeri, yang tidak lagi  punya ksatria yang mau hidup dalam kesunyian dan gagah meneriakkan perlawan, kita harus berani mempertahankan nyali untuk selalu bertanya pada kemapanan, kelaziman, dan segala bentuk pidato yang disuarakan oleh para penguasa.

Rasa nyaman yang kini kusaksikan disekeliling kawan-kawanku seperti racun yang membuat lumpuh sehingga tidak mampu bergerrak untuk mencapai perubahan revolusioner.

Ada elit politik busuk yang duduk diparlemen memintah tambahan gaji, sedangkan sebagian  kaum muda menyumbangkan tenaga  menjadi preman bagi penguasa bandit, bahkan pendididkan hukum mereka gunakan untuk membela kaum pengusaha ketimbang orang miskin.

Kaum muda yang banyak lagak ini memang tidak bisa dibinasakan, karena mereka hidup ada kemiskinan, keculasan kekuasaan, dan lindungan proyek lembaga donor, aku enggan untuk bersekutu dengan mereka yang hanya mengandalkan titel, keperkasaan, dan kelincahan berdebat untuk membohohi rakyat.

Kawan-kawanku kita berhadapan dengan dunia pendidikan yang menghasilkan ilmu tentang bagai mana menjadi budak kapitalisme yang baik, bergulat dengan kawan-kawan yang bosan hidup berjuang tampa uang, yang bebal dengan parlemen yang dulu ikut memilih, tapi kini tambah membuat kebijakan yang anti demokrasi, kini apakah kawan-kawan hanya mampu perlahan-lahan jadi orang hanya mampu melampiaskan kemarahan tampa mampu untuk merubah.

Kawan-kawan apakah kemudian percaya kalau pemecahannya adalah melalui mekanisme, partisipasi, dan membrikan dukungan logistik, yang mencukupi,kin kawan-kawan diam tak lagi percaya dengan revolusi, apakah kawan-kawan yakin bahwa melibatkan diri dalam partai elit politik busuk dan masuk dalam parlemen mampu membawa perubahan.

Tanggal,16-mei-2018
Penulis : MORGAN GUEVARA

KONSOLIDASI HARI TANI

Foto : ilustrasi puisi

Rapatkan barisan untuk konsolidasi
Membangun semangat dan jiwa kritis
Untuk mematenkan kembali ideologi mahasiswa
Ideologi yang tanpa penindasan, yang tanpa kebohongan dan ideologi bangsa yang gandrung akan keadilan

Managemen aksi siap di paparkan
Para orator siap di nisbatkan
Para kordinator lapangan siap di himpun
Masa aksi adalah mahasiswa indonesia

Kami siap melawan penindasan
Kami siap menumpas kedzoliman
Kami siap melawan persekusi
Karena kebebasan yang terpenjara adalah mati bagi kami

Hari tani adalah marhaenisme sejati
Dengarkan suara kami
Suara mahasiswa dari anak petani
Suara mahasiswa dari anak nelayan
Suara mahasiswa dari anak pedagang kaki lima
Yang kau marginalkan di tepi kuburan peradaban

Tanggal 24 september nanti
Suara kami akan di gaungkan
Dan jalanan adalah saksinya
Saksi bisu bahwa kalian tak mampu melakukan apa yang menjadi mandat konstitusi

TUHANNYA DEMOKRASI

Foto : ilustrasi puisi

Memecah keheningan ibu kota
Kali berkali kami turun berorasi
Hingga legam kulit di sengat terik matahari
Kami membawa aspirasi

Kau tau kami adalah rakyat jelata
Berbaris rapi lantang berteriak bersama para orator
Yang tanpa kuasa kami meminta dengan teriakan di jalanan
Menuntut harga dari upeti yang telah kami tabur di tiap sakumu

Masihkah kau tuli dengan jeritan hati kami?
Masihkah kau dengar sedu-sedan kami?
Masihkah kau bungkam di istana hasil keringat kami?
Masihkah kau diam setelah melihat aksi kami?

Apakah kau buta?
Apakah kau tuli?
Apakah kau pesek?
Sehingga tak mampu mencium bau keringat kami yang jatuh bercucuran demi merawat bawang kami?

Naikkan harga bawang
Turunkan harga insektisida
Naikkan harga cabe
Tolak impor beras
Turunkan kurs dolar
Sebelum kami menurunkanmu dan mencabut mandatmu sebagai babu

Jangan abaikan suara kami
Sebab kami bersama suara Tuhan
Tuhannya demokrasi
Rakyat
Foto : darah djuang rakdjat

HAMPA HATI

Foto : penulis

Alang-alang nan tinggi
Panorama asing menutup halaman
Angkernya hati dikala kosong
Terasa hening, senyap menyengap

Getir, takut, seram beraroma
Tatapan yang datang penuh rindingan
Janganlah takut
Aku tetaplah aku
Aku masih punya hati
Meski tiada yang menyinggahi

Alam, bantulah aku
Angin, bawalah aku
Hujan, sirami hatiku
Cahaya, sinari hatiku

Aku butuh teman
Sebagai pendamping dalam hidupku
Yang mampu merawat dan menjaga anak-anakku nanti
Yang menyayangiku sampai akhir hayat menjemput
Hingga lahir aura yang baru
 Menjadi jiwa yang merasa hidup

Penulis : Aris

SENJA KENANGAN BATAS KOTA TEPIAN AIR

Foto : perbatasan kota tepian air (bima)
(Sumber : Fotografer HUMAS Kota Bima)

HAHAHA
Tentunya kau ingat bukan?
Saat kita berada di atas jalur roda dua
Kau memeluk punggungku
Kau bisiki keindahan dan kebahagiaan hatimu
Serasa rasa nyaman itu hanya ada pada nafasku

Masihkah kau menyimpan hasrat itu?
Kepercayaan yang kau tanamkan padaku di senja yang hampir buta?
Ketika sandaran kepala kau rebahkan di pundakku

Masihkah kau ingat?
Sekulum senyum dari sunggikkan bibirmu yang di olesi lipstik merahmu.
Kau bergurau dalam suatu kelakar

"Es buah di batas kota tak semanis dan seranum buah dada, namun cinta tak membutuhkan buah dada ataupun hasrat nafsu yang melekat pada birahi."

Kau adalah sesuatu yang berbeda bagiku
Kau luar biasa
Ada jiwa liar yang bersemayam dalam dirimu, yang membuat diriku merasakan ada hal yang sama dalam kelakar liar kita.

Aku masih tak percaya hal ini, sesuatu yang mengerikan menerpa hubungan kita, menjumpai pisah dalam kata yang ingin ku hapuskan di atas muka bumi ini.

Hahaha
Sekali lagi aku menertawakan diriku
Lintinganku tetap i bersama secangkir kopi
Menumbuhkan imaji pada asa yang tak terjangkau
Menemui maya pada rasa yang tengah beradu
Hingga lenyap dirimu dalam pikiranku
Meski kau sedang merebah di pundakku
Saat senja di batas kota tepian air itu

Aku kamu dan lintinganku
Itu yang ku beri judul dalam pikiranku
Kemudian pikiran liarku menggerakkan bibirku
Berucap sepatah kata cinta demi halusinasiku

Kau percaya bukan??
Aku tengah membual dengan sejuta bahasa pujian
Menyeruput kopi
Sambil mengepulkan asap lintingan yang tengah ku isap.

Hufffftttt
Abu putih menyerupai awan keluar dari rongga mulutku
Lalu kau terbatuk
Memintaku tuk mematikan hasratku
Tuk melupakanmu
Tuk melupakan lintinganku

Kau tau juga bukan??
Aku lelaki yang tak bisa di kekang
Aku merdeka dalam segala tindak tandukku
Sebab itu kau jua mengerti
Tapi senja yang hampir punah itu emunculkan keberanianmu
Kau sekali lagi memintaku untuk menjaga diriku

Tentunya kau tak main-main dengan nasehat itu
Ada aura kasih sayang yang kau pancarkan dari sorot indah matamu
Sebelum gelap datang menerpa
Menggerogoti semua kebahagiaan kita
Kau jatuh di atas sandaran pundakku

Kau pingsan ?
Aku terhenyak bukan kepalang
Ku papah kau
Ku gendong dirimu
Meski sabuk celanaku
Ku copot tuk mengikat punggungmu
Karena aku tak rela jika tubuhmu di sentuh orang lain

Semua gas telah ku tanjak
Namun lajunya tetap terasa pelan rasaku saat itu
Kau tetap kaku dalam kebisuanmu
Kau tak bisa
Hanya saja masihku rasakan degup jantungmu

Masih bersama tubuhmu yang pucat tak bertenaga, masih tak percaya kau sudah tak lagi bernyawa.
Secepat kilat ku tembus jarak batas kota menuju RSM Muhammadyah.

Aku merayu mu, mengajakmu untuk betbicara selaksa jiwa liarmu yang masih ku hidupkan
" sayang lihatlah awan-awan itu, seumpama melukis namamu di udara, gemulai sayu terpaan angin yang di hembuskan oleh kecepatan pesawat yang seakan berpadu dalam hingar bingar cahaya langit dan lentera bumi, dan kita berdua seakan berada di surga, dimana kita bisa melihat keindahan bintang-bintang seumpama firdaus sedang merindukan penghuninya."

Kau kekasihku
Satu-satunya cintaku
Kini tertidur di dalam ruanga ICU
Kau terlelap letih di pembaringan itu
Aku yang tengah was-was, sesekali memandang lewat kaca jendela.

Bersambung........