KERUDUNG MERAH DI PERSIMPANGAN BOLO

Foto : ilustrasi puisi

keindahan yang begitu mempesona
hingga pikiran merasakan distopia
karena kau begitu indah
laksana jelmaan fatimah azahra

Kau bagai batari supraba
Indah dan molekmu tak pernah memuaskan mataku
Selalu ada rasa kerontang yang inginkan tetap menatap sendu wajahmu

Aku percaya dewi rengganis hanya ada dalam mitos halimunda
Aku percaya bahwa nawan wulan hanya ada dalam mitos jawa
Tapi aku percaya bahwa kau adalah lebih dari mitos itu
Kau adalah wujud dari kecantikan mereka

Laju tetap tertanjak gas di tangan kanan
Mata tertuju pada senja yang menghitamkan rautmu yang bercahaya
Memberi petaka pada aspal jalan
Sebab tatap tak lagi tertuju pada warna putih jalanan
Kau alihkan pandanganku pada intusiasi
Yang mengajak senja ikut berpaut pada kisah pada pandangan pertama

Kisah kita laksana senja
Hilang di telan pekat malam
Kau berlalu tanpa berjabat dan tau nama
Kau hilang di pelataran cakrawala mataku
Atas keindahanmu yang di tutupi dinding surau

Ya
Kerudung merah yang kau kenakan
Di persimpangan jalan bolo samping surau
Kau terhalang dinding adzan
Memasuki ruang sajadah
Bertasbih yang tak ku tau lafadznya

Bermuara bersama imam
Mendekap kebumi berbisik agar langit mendengar
Bahwa menjadi hamba adalah suatu keharusan
Mencintai doa di penghujung waktu

Apapun itu
Apapun yang kau lakukan di balik dinding
Akan ku gambarkan semua milik molekmu
Sebab cintaku adalah cantikmu

Aku bersama senja di tepian
Memaknai semua rentetan peristiwa
Kemudian terbesit di benakku
Bahwa hanya senja yang mampu hilang tanpa ada yang merasa tersakiti
Karena kamu adalah luka yang kau gores untukku
Bersama kerudung merah di persimpangan bolo
Di tepi senja aku beradu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih telah mengunjungi dan mensuport halaman kami kk