![]() |
Foto : Ilustrasi puisi Sumber foto : kompassiana |
Ibu rangkain kalimatku adalah permintaan ku
Aku bermunajat dalam setiap doa diamku
Membubuhi kalimat indah untuk para penghuni langit
Serupa harap agar tercapai dari iming
Semoga di kau ikhlaskan anakmu untuk berkelana
Mencari jati diri yang tak pernah di ajarkan oleh sejarah
Sebab ayah adalah sejarah yang tak pernah ku tau
Cerita apa yang telah ayah rangkai saat ia memutuskan untuk pergi selamannya
Ayah Daeng atau Pua
Aku tak tau harus memanggilmu apa
Tapi yang ku dengar dari tetangga dan kakakku kalau kau sering di panggil pua
Seandainya ada rasa kasih sayang sebuah waktu
Menuntunmu sedikit lama dalam memapah sejarah hidupku
Agar aku tau bagaimana rasanya bercerita di bawah pohon rindang
Sambil menikmati kopi hitam buatan ibu
Dan kita bercerita tentang sebuah mimpi besar untuk nanti ku gapai
Ayah sebuah sketsa telah coba ku rangkai
Memaknai semua keriput dan lukamu sebelum beranjak
Menjemput malaikat mengikhlaskan ruh
Untuk di pintal bersama penghuni surga :
Ayah adalah jalan
Tumpuan kaki untuk tetap kokoh
Ia adalah tiang bagi berdiri kaki
Untuk kekokohan jiwa bagi setiap anak
Ayah adalah punggung dunia
Di dalam jiwanya adalah tanggung jawab
Tiap bapak yang pernah menjalani belia
Selalu tersimpan naluri anak pada seoarang ayah
Kekokohan jiwa seorang anak ialah bagaimana kasih sayang seorang ayah
Namun itu hanya anggapku dalam mengartikan bahasa tubuh teman-teman sebaya ku
Ketika mereka bercanda ria dengan sosok seorang yang mereka panggil ayah
Yang tak pernah ku panggil selama hampir dua puluh tahun
Sebab waktu tak mau bergeming dari pendiriannya
Merenggutmu tanpa peduli dengan tangisku
Yang menikmati dunia dengan kepahitan yang menganga tanpanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih telah mengunjungi dan mensuport halaman kami kk